Tanah Suci
merupakan sebuah lintasan sempit yang terletak di antara benua Eropa dan
Afrika, di antara dua kerajaan adidaya yakni Kerajaan Mesir yang terletak di
delta Sungai Nil di Selatan dan Kerajaan Mesopotamia di delta antara Sungai
Tigris dan Efrat di Utara. Terletak di rute utama perdagangan dan komersial,
Tanah Suci menjadi sebuah medan
pertempuran antara banyak angkatan perang.
Tanah ini
dianggap suci oleh tiga agama monoteis besar di dunia: Yahudi, Kristen, dan
Islam. Bagi umat Yahudi Tanah Suci adalah Tanah Terjanji
tempat dahulu terdapat Bait Allah. Bagi umat Kristen
adalah tempat Yesus dilahirkan, berkarya, wafat, bangkit dan naik ke surga.
Bagi umat Islam merupakan tempat di mana Nabi Muhammad
melakukan perjalanan naik ke surga dan menjadi kiblat sembahyang sebelum
diganti dengan Mekkah.
Pada jaman ini Tanah Suci beriklim hangat dan lembab dan pemandangan
alam berbeda dengan dewasa ini karena mendapat curah hujan yang lebih tinggi. Manusia pada masa itu tinggal di alam terbuka di
tepi sungai-sungai dan danau-danau. Mereka membuat dari batu perkakas
utama mereka untuk berburu dan mengumpulkan makanan sedangkan api baru dipakai pertama kali sekitar 200000 tahun
lalu.
Sekitar Tahun
100000 SM manusia
mulai tinggal di gua-gua tetapi masih hidup dari berburu dan mengumpulkan
makanan. Perubahan besar terjadi antara tahun 10000 dan 8000 SM ketika manusia
beralih menjadi penghasil makanan, mulai dengan cara
menjinakkan hewan dan bercocok tanam, berladang dan menggembalakan domba. Peralatan yang terbuat dari tanah liat menggantikan yang dari batu.
Secara bertahap gaya hidup manusia
berubah dari pola
hidup berpindah-pindah ke pola bercocok-tanam yang berarti pula meninggalkan
tempat tinggal berupa tenda-tenda dan mulai tinggal di desa-desa. Mereka juga membuat peralatan dari tembikar sebagai ganti yang
terbuat dari batu.
Perunggu terbuat dari tembaga dicampur dengan karbon. Penghasilan utama pada jaman ini berasal dari pertanian
dan perdagangan. Desa-desa yang terletak di
lembah-lembah yang subur dan di rute-rute utama perdagangan berubah menjadi
desa-desa yang berbenteng. Jaman ini juga ditandai
dengan mulainya organisasi sosial, pemerintahan dan dikenalnya tulisan.
Pada permulaan
Jaman Perunggu kota-kota orang Kanaan diperbentengi secara
besar-besaran karena adanya dua kerajaan adidaya, Mesir dari selatan dan Mesopotamia dari utara. Pada
mulanya Firaun-firaun Mesir sering kali menyerang kota-kota orang Kanaan,
merampas kekayaan mereka, dan kembali ke Mesir tetapi menjelang akhir Jaman
Perunggu kekuasaan mereka hadir secara tetap dengan menunjuk penguasa-penguasa
Mesir yang bertugas mengumpulkan pajak untuk diberikan kepada Firaun di Mesir.
Pada jaman inilah tampil para bapa bangsa Israel. Sekitar tahun
1800 SM Abraham meninggalkan kota Ur (terletak di
wilayah Irak sekarang ini) menuju tanah Kanaan, di mana ia menetap di wilayah
pegunungan “karena wilayah-wilayah lembah telah didiami oleh orang Kanaan”.
Karena terjadi
bencana kelaparan yang hebat di wilayah ini suku-suku Israel
mengungsi ke Mesir dan menetap di sana hingga Musa memimpin mereka keluar pada tahun 1250 SM.
Pad jaman ini
besi ditemukan dan banyak sekali dipergunakan. Sekitar tahun 1200 SM suku-suku
Israel memasuki Tanah Suci yang telah didiami oleh orang Kanaan dan tak lama
setelah itu orang Filistin atau “bangsa
yang datang dari laut” tiba juga di dataran rendah dekat pantai di sebelah
barat.
Peristiwa ini
menandai suatu masa yang penuh pergolakan di Palestina. Suku-suku Israel mendiami wilayah-wilayah pegunungan sementara
orang Kanaan mendiami lembah-lembah dan dataran rendah pantai didiami oleh
orang Filistin. Orang Israel
harus berhadapan dengan dua musuh kuat dan harus meninggalkan sistem kesukuan
yang berdiri sendiri-sendiri dan menggantikannya dengan sistem kerajaan yang terpusat. Sekitar tahun 1020 SM Saul menjadi raja atas suku-suku Israel melalui pengurapan oleh Nabi Samuel. Saul tidak banyak
mencapai kemajuan, dia terbunuh
dalam peperangan melawan orang Filistin di Gunung Gilboa.
David menjadi
raja kedua (1000-960) dan ia dianggap sebagai pendiri
kerajaan, dengan mengalahkan orang Filistin, memperluas wilayah kekuasaan, dan
yang terpenting adalah menaklukkan Yerusalem dan menjadikannya sebagai ibukota.
Yerusalem terletak di lokasi netral di antara suku Yehuda dan suku Benyamin dan
di sinilah pula ia menempatkan Tabut Perjanjian,
simbol keagamaan yang diakui oleh semua suku Israel.
Jaman Pemerintahan Raja Salomo (960-930 SM)
Kerajaan Israel
mencapai puncak kejayaannya – Salomo membangun Bait Allah dan membentengi
kota-kota, membuat perdamaian dengan kerajaan-kerajaan di sekitarnya, membawa
ahli bangunan dan kayu aras dari Libanon dan melakukan perdagangan dengan ratu
dari Sheba. Inilah masa kemakmuran besar dan kerajaan Israel berkembang pesat.
Setelah Raja
Salomo wafat pada tahun 930 SM kerajaan Israel terbagi dua, Yeroboam menjadi
raja atas wilayah Utara yang disebut Israel dengan Samaria sebagai ibukotanya, sedangkan
Rehoboam putra Salomo menjadi raja atas wilayah Selatan yang disebut Yehuda
dengan Yerusalem ibukotanya. Sepuluh suku lainnya bergabung
dengan Kerajaan Israel di Utara sedangkan suku Yehuda dan Benyamin saja yang
menjadi satu dalam Kerajaan Yehuda di Selatan. Setelah pemerintahan
Yeroboam berakhir pemberontakan menjadi cara
pergantian kekuasaan yang lazim terjadi di kerajaan Utara.
Di kedua kerajaan para nabi berbicara keras supaya dilakukan
pemurnian iman dan mengutuk tindakan-tindakan ketidakadilan sosial yang sangat
mencolok mata. Kerajaan Utara
dihancurkan pada tahun 722 SM oleh orang Asyur. Kesepuluh
suku Israel didepak keluar dan Samaria dikosongkan dari hampir semua penduduk Yahudinya
dan digantikan dengan orang-orang asing oleh orang Asyur. Kerajaan Selatan masih bertahan lebih lama tetapi
kemudian dihancurkan oleh orang Babel tahun 585 SM. Suku Yehuda dibuang menjadi tawanan
ke Babel.

Bangsa Persia mengalahkan orang Babel tahun 538 SM dan segera seluruh Timur Tengah
berada di bawah kekuasaan mereka, termasuk wilayah Palestina. Raja Koresy dari Persia mengeluarkan suatu keputusan bagi
orang-orang Yahudi, dan mulailah gelombang pertama kembalinya orang-orang
Yahudi ke Palestina dan pembangunan kembali Bait Allah kedua tahun 518 SM.
Gelombang kedua para immigran dari Babel terjadi tahun 457 hingga 420 SM dan
pada masa ini Ezra dan Nehemia memulai pembangunan tembok sekeliling kota
Yerusalem.
Aleksander Agung
mengakhiri kekuasaan Kerajaan Persia tahun 333 SM. Setelah menaklukkan
Palestina pada tahun 332 SM, kekaisarannya dibagi di antara dua jenderalnya,
Ptolemy mendapatkan Mesir dan Palestina sedangkan Seleukid menguasai Siria dan
Babel. Peperangan terus terjadi antara kedua dinasti ini dan pada tahun 200 SM
Raja Antiokus Agung
menaklukkan wilayah Palestina untuk kerajaan Seleukid.
Bangsa Yunani
memaksakan kultur pemujaan berhala mereka kepada orang-orang Yahudi yang
menimbulkan pemberontakan dipimpin oleh Makabe bersaudara pada tahun 167 SM.
Pada mulanya pemberontakan ini merupakan perjuangan mencapai kebebasan beragama
tetapi segera setelah itu berubah menjadi perlawanan untuk mendapatkan
kemerdekaan politik.
Dinasti Hasmonea memperluas dominasi Yahudi ke seluruh wilayah
Palestina dan hampir seluas wilayah kerajaan Daud dan Salomo.
Perselisihan antara putra-putra Ratu Shelimzion yaitu Hyrcanus dan
Aristobolus antara tahun 69-63 melumpuhkan dinasti Hasmonea. Bangsa Romawi kemudian masuk dan Pompey menguasai
sebagian besar wilayah Yudea.
Hyrcanus menjadi
“Presiden Bangsa” sedangkan Antipater, penasehat Hyrcanus dan yang selalu
memihak Bangsa Romawi, menjadi “tutornya” dan memegang kekuasaan yang
sebenarnya. Antipater memuluskan jalan bagi putranya Herodes
Agung untuk menjadi raja (37SM – 4M).
Herodes disebut
Agung karena ia seorang pembangun yang hebat. Ia membangun kembali Bait Allah kedua, juga kota-kota di
seluruh wilayah kerajaan, dan istana-istana. Masa
kekuasaannya adalah masa kemakmuran. Ia juga tahu
bagaimana menyenangkan bangsa Yahudi di satu sisi dan para pelindungnya,
penguasa Romawi, di sisi lain.
Setelah kematiannya kerajaan Herodes dibagi di antara
putra-putranya. Arkelaus
mendapatkan Yudea, Samaria, dan Idumea. Antipas
menguasai Galilea dan Philipus mengambil pegunungan Golan. Arkelaus
tidak secakap ayahnya dan diturunkan dari tahtanya pada tahun 6 M. Orang Romawi
kemudian memilih untuk mengangkat seorang prokurator yang memerintah Yudea dari
kota Kaisarea.
Antara tahun 41-44 M Herodes Agrippa, cicit-keponakan Herodes Agung
menjadi raja Palestina. Ia
memperluas kota Yerusalem dengan membangun tembok ketiga.
Setelah kematian Agrippa para prokurator Romawi diangkat hingga
tahun 53 M ketika Herodes Agrippa Kedua menjadi raja atas Galilea dan
Pegunungan Golan. Akan tetapi
procurator Romawi terus memerintah atas Yudea.
Tahun 66 M Pemberontakan Besar
dimulai sebagai balasan atas tindakan-tindakan Titus dan Vespasianus yang telah
memporak-porandakan wilayah ini. Mula-mula pemberontakan di
Galilea berhasil ditekan, kemudian tahun 70 M Yerusalem ditundukkan dan Bait
Allah dihancurkan. Pemberontakan itu berakhir tahun 73 M dengan jatuhnya
Massada sebagai benteng pertahanan terakhir.
Yerusalem tetap menjadi pusat bagi orang Yahudi tetapi karena Bait
Allah telah dihancurkan ibadat persembahan korban tidak dapat dilakukan lagi
dan berakhir pula kepemimpinan para imam yang sudah ada sejak dulu. Orang Yahudi kemudian melihat bahwa komunitas
mereka yang tercerai-berai hanya dapat dipersatukan dengan ketaatan pada hukum
bersama.
Kaisar Romawi
Hadrian ingin menjadikan Yerusalem sebuah kota berhala. Hal ini mengakibatkan munclnya pemberontakan kedua atau
yang disebut dengan pemberontakan Bar Kokhba (133-135 M) sesuai dengan nama pemimpinnya yang
sebagian orang menganggapnya sebagai Mesias. Pemberontakan ini berakhir dengan
jatuhnya kota Bethar. Yerusalem dihancurkan dan Kaisar Hadrian membangun sebuah kota berhala di atas reruntuhan Yerusalem dan menamainya Kota Aelia
Capitolina. Orang-orang Yahudi dilarang masuk Yerusalem dan
gelombang penduduk Yahudi pindah ke wilayah Galilea dan pegunungan Golan di
Utara menyebabkan didirikannya desa-desa baru dan sinagoga-sinagoga.
Mahkamah Agama
Sanhedrin Yahudi juga dipindahkan ke Galilea (140 M ke Usha dan Betshearim,
tahun 165 M ke Zippori, dan 230-429 M ke Tiberias).
Kaisar
Konstantin (274-337 M) mengganti ibukotanya Roma dengan kota Yunani Byzantin yang diberi nama baru Konstantinopel untuk
menghormati dirinya (300 M). Dipengaruhi oleh ibundanya Ratu Helena ia menjadikan agama Kristen sebagai agama resmi di seluruh
Kekaisaran Romawi (313 M). Helena sendiri berziarah ke Palestina dan menyuruh didirikan gereja-gereja
di sebagain besar tempat yang dianggap suci oleh umat Kristen: tempat kelahiran, wafat, kebangkitan,
dan kenaikan Yesus ke surga. Pembangunan gereja_gereja ini
menambah daya tarik atas tempat-tempat suci.
Hal ini juga menandai masa kemajuan di wilayah ini, yang menjadi
pusat kerohanian bagi seluruh Kekaisaran Byzantin. Para peziarah berdatangan dari seluruh dunia untuk
mengunjungi Tanah Suci, gereja-gereja didirikan di tempat-tempat suci dan
biara-biara dibangun bahkan di daerah gurun.
Pergantian dari
Jaman Romawi ke Byzantin tidak pula berarti perubahan budaya karena bangsa Romawi
masih memegang kekuasaan. Tetapi dengan agama yang baru, walaupun kota-kota
masih tetap dibangun dengan gaya Romawi
yang sama, kuil-kuil dan ampiteater-ampiteater ditinggalkan.
Tahun 614 M Bangsa Persia menyerang wilayah ini dan menghancurkan semua
gereja kecuali Gereja Kelahiran Yesus. Mereka
merebut salib Yesus dan membawanya ke Persia, tetapi tahun 629 M Kaisar
Byzantin Heraclius mengalahkan orang Persia dan membawa kembali Salib Suci ke
Kalvari.
Peperangan yang terus berlangsung melawan bangsa Persia dan pertikaian-pertikaian internal melemahkan
Kekaisaran Byzantin dan mereka kehilangan sebagian besar wilayah Kekaisarannya
dari sebuah agama baru yang muncul di Gurun Arabia, yaitu Islam.
Nabi Muhammad dilahirkan pada Tahun 570 M di Mekkah yang terletak di
Saudi Arabia sekarang ini. Pada
usia 40 tahun ia mulai menyebarkan agama Islam di
Gurun Arabia. Sebelum Ia meninggal pada tahun 632 M Ia berhasil menyatukan sebagian besar
suku-suku Arab di bawah agama yang baru yakni Islam.
Setelah wafatnya Nabi Muhammad umat Muslim memilih seorang penerus
Nabi yang bernama Abu Bakar (632-634 M). Selama masa kepemimpinannya yang tidak lama itu beberapa dari
suku-suku tersebut meninggalkan Islam. Akan tetapi
hasil usahanya yang paling besar adalah membawa kembali orang-orang yang
meninggalkan Islam dengan kekuatan.
Adalah penerus
Nabi yang kedua yang bernama Omar bin Alkhatab (634-644 M) yang memperluas
Islam ke luar Semenanjung Arabia dengan mengalahkan orang Persia dan merebut
wilayah Palestina tahun 634 M melalui pertempuran di Yarmuk. Dua tahun kemudian
pasukannya mengepung kota
Yerusalem sehingga Sophorne, saat itu menjadi Batrik Yerusalem, menyerahkan
kunci kota kepada Omar untuk menghindarkan terjadinya pertumpahan darah. Omar
tidak memaksakan Islam kepada penduduk beragama Islam dan Yahudi karena ia menganggap mereka sebagai “Orang-orang Alkitab” dan
mengeluarkan sebuah keputusan yang menghormati tempat-tempat suci orang Kristen
dan Yahudi. Hampir semua raja Arab Islam mengikuti keputusan
Omar tersebut.
Setelah Omar wafat Othman terpilih sebagai penerus yang ketiga. Pada masa kepemimpinannya Qur’an, kitab Suci umat
Islam, berhasil disusun. Othman dibunuh dan Ali,
saudara sepupu Nabi, terpilih tetapi masa kepemimpinannya yang sebentar
ditandai dengan pemberontakan dan peperangan.
Dinasti Umayyad:
Setelah terbunuhnya penerus keempat Ali,
penguasa kota Damaskus merebut kekuasaan dan mendirikan sebuah dinasti raja-raja
yang disebut Dinasti Umayyad.
Raja-raja Arab Muslim
dari dinasti ini menghormati tempat-tempat suci umat Kristen dan Yahudi, dengan
kekecualian Bukit Bait Allah yang tinggal reruntuhan. Umat Islam percaya bahwa dari sinilah Nabi
Muhammad melakukan perjalanan naik ke surga. Dua mesjid dibangun pada
lokasi yang sama, Kubah Batu pada taun 688 M oleh raja Abed Almalik bin Marwan
dan pada tahun 712 M mesjid Alaqsa didirikan oleh putranya Walid bin Abed
Almalik bin Marwan. Dinasti Umayyad memperluas wilayah
Kerajaan Islam hingga sampai ke Spanyol yang mereka kuasai hingga abad ke-15.
Dinasti Abbasid:
Keturunan Abass, paman Nabi Muhammad,
selalu menentang dinasti Umayyad hingga mereka berhasil mengambil alih
kekuasaan. Persahabatan antara Raja Perancis Charlemagne dan
Raja Harun Al Rasjid memperbaiki keadaan umat Kristen di Tanah Suci. Jaman ini merupakan masa perbaikan tempat-tempat suci dan banyak
peziarah datang selama dua abad kemudian.
Dinasti Fatimid (969-1091 M)
Penguasa Mesir
memperoleh kemerdekaannya dan muncullah sebuah dinasti raja-raja yang disebut
dinasti Fatimid, yang merupakan keturunan Fatima, putrid Nabi Muhammad. Mereka
menguasai Tanah Suci selama abad kesebelas. Abad
ini tercatat sebagai abad penuh dengan kerusuhan, gempa bumi dan datangnya
bangsa-bangsa penyerbu baru seperti bangsa Mongolia. Hal ini menimbulkan kebencian terhadap kaum minoritas yang mencapai
puncaknya pada masa pemerintahan Raja Alhakim Bamer Allah, yang menghancurkan
Gereja Makam Yesus pada tahun 1009.
Para Pejuang Salib (the Crusader)merupakan sebuah koalisi lima negara Eropa
yang memberikan tanggapan atas panggilan Paus Roma untuk melepaskan Tanah Suci
dari tangan penguasa Islam. Pada tahun 1099 pasukan Pejuang Salib menaklukkan kota Yerusalem setelah membunuh penduduk setempat, yang adalah orang
Islam, orang Kristen Gereja Timur, dan Yahudi.
Pemimpin Pejuang Salib Gurdfird, menolak
untuk dinobatkan sebagai raja di tempat Yesus mengenakan mahkota duri. Ia memerintah hanya selama setahun. Setelah
kematiannya saudaranya Baldwin I (1100-1118) menjadi raja pertama dan pendiri kerajaan Pejuang
Salib. Ia dimahkotai di
gereja di Bethlehem.
Kerajaan Pejuang Salib tetap kuat hampir sampai tahun 1153, setelah
itu mulai mengalami kemunduran. Posisi raja
menjadi lemah karena pertikaian di
antara berbagai macam faksi dan pada 4 juli 1187 Saladin, seorang pemimpin Arab
lokal, mengalahkan Pejuang Salib di bukit Horns of Hattin, yang mengakhiri
Kerajaan Pejuang Salib Pertama.
Empat tahun kemudian
Pejuang Salib memulai perjuangan baru dipimpin oleh Richard the Lionheart, Raja
Inggris. Ia mengalahkan
pasukan Saladin di banyak tempat tetapi tidak berhasil merebut Yerusalem
kembali. Richard the Lionheart mendirikan Kerajaan Pejuang
Salib Kedua yang mempunyai ibukotanya di Akko di sebelah utara. Kerajaan
Kedua berlangsung hingga tahun 1291 ketika kerajaan ini dihancurkan oleh orang
Mamluk.

Orang Mamluk menguasai
Timur Tengah dari Mesir. Periode
ini berlangsung cukup lama dan selama masa ini orang Mamluk mendirikan banyak
sekolah kerohanian Islam, mesjid dan benteng, banyak dari antaranya masih bisa
dilihat di Yerusalem dan Gaza. Selama periode
ini, pada tahun 1335, Ordo Katolik Fransiskan kembali ke Yeruisalem dan membeli
banyak tempat suci dari orang Mamluk dalam upaya memperbaharui peziarahan umat
Kristen ke Tanah Suci. Ordo inilah yang pertama
kembali lagi setelah kekalahan para Pejuang Salib sehingga dapat dimegerti
mengapa kenyataannya mereka mempunyai banyak tempat bersejarah dan tempat suci
dewasa ini.
Jaman Turki (1517-1917)
Kesultanan Turki
Ottoman merebut Konstantinopel tahun 1453, menandai berakhirnya Kekaisaran
Byzantin tua. Pada tahun 1517
mereka mengalahkan orang Mamluk dari Mesir dan merebut Yerusalem.
Sultan Selim I
memperluas Kesultanan Turki dan Sulaiman Agung yang mengukuhkannya dan
membentuk pemerintahan dan perundang-undangan.
Sepeninggal Sulaiman Kesultanan Turki melemah dan pada akhir abad ke-19
kesultanan ini disebut sebagai “ seorang pria sakit”.
Hal ini terutama disebabkan oleh:
- Sultan-sultan yang tidak cakap setelah Sulaiman.
- Pembagian tanah di antara para
pasha yang hanya berpikiran untuk memenuhi kuota pajak mereka dan
menngambil sedikit kelebihan untuk mereka sendiri.
- Semakin menguatnya Eropa dalam bidang industri.
- Tertutupnya pintu-pintu Turki menuju modernisasi.
Para penguasa setempat memberontak dan dalam jangka waktu tertentu berhasil
mencapai kemerdekaan. Para pemimpin yang terkemuka adalah:
Fakher Eldin
(1590-1635) pemimpin orang Druze dari Lebanon dan bagian utara Palestina. Masa kepemimpinannya merupakan masa pembangunan,
pendidikan, kebebasan dan toleransi atas kelompok minoritas. Ia memberi hak
kepada Ordo Fransiskan untuk membangun gereja di Nazaret di tempat terjadinya
peristiwa Maria menerima kabar gembira dari malaikat.
Zahel El Omar (1740), dia adalah pemimpin
Beduin di wilayah Galilea yang membangun tembok-tembok kota Haiffa, Akko dan Tiberias dan juga dikenal dengan toleransinya terhadap kaum
minoritas di Nazaret. Ia memberi ijin kepada gereja
Ortodoks Yunani untuk membangun gereja di tempat terdapat sumur Maria.
Menjelang akhir abad
ke-18 mulai terjadi perlombaan untuk mewarisi Kesultanan Turki.
1. Kampanye perang oleh Napoleon melawan
Timur. Setelah merebut Mesir dan armada lautnya dihancurkan oleh
Inggris, Napoleon meninggalkan Mesir dan menuju utara merebut kota Jaffa di
Palestina dan kemudian kota Haiffa. Dari sana ia
mengepung kota Akko, yang gagal ditaklukkannya dan kemudian mundur ke Jaffa. Dari Jaffa ia kemudian kembali ke Perancis.
2. Mohammad Ali, pemimpin Mesir, memberontak
terhadap Turki. Putranya bernama Ibrahim Pasha pergi
membawa pasukan besar ke arah utara, merebut Palestina dalam perjalanan itu dan
mengancam Konstantinopel. Inggris dan Prancis mengkawatirkan
kepentingan mereka di Timur Tengah dan menghentikan gerak majunya dengan
memaksa dia mundur ke Mesir dan menjamin untuknya sebuah dinasti raja-raja di
Mesir.
3. Kepentingan asing di tempat-tempat
suci: Orang Perancis yang adalah pelindung umat Katolik, Rusia pelindung umat
Ortodoks, dan Inggris pelindung umat Protestan dan Yahudi. Terjadi
suatu perlombaan untuk menguasai tempat-tempat suci dan pada masa ini banyak
gereja dibangun dan diperbaiki lagi, banyak missioner dikirim dan rumah-rumah
sakit, sekolah-sekolah dan biara-biara didirikan. Perlombaan
dan konflik ini mencapai puncaknya dalam Perang Krim. Perancis
dan Inggris bersatu melawan Turki dan Russia. Api perang ini disulut oleh hilangnya Bintang Kelahiran dari
tempat kelahiran Yesus di Betlehem.
4. Gerakan Zionis. Penyiksaan
atas orang Yahudi di Eropa Timur dan bangkitnya nasionalisme membuat orang
Yahudi di Eropa memimpikan sebuah negara bangsa mereka sendiri. Pada tahun 1897 Theodore Herzl, seorang jurnalis Yahudi, mengadakan
kongres Zionis pertama dan mendirikan sebuah organisasi Zionis dunia.
Pada awalnya gerakan
Zionis telah siap dengan beberapa pilihan tempat didirikannya sebuah negara
Yahudi, di antaranya Argentina, Uganda, Siprus, dan El-Arish (Sinai Utara). Tetapi Palestina menjadi pilihan yang lebih
disukai karena Palestina mencakup semua harapan, warisan dan sejarah mereka.
Pilihan ini mendapat dukungan dari para negarawan Inggris
yang melihat hal ini sebagai alat untuk memutuskan Palestina dari kekuasaan
Turki dan membawanya ke bawah pengaruh Inggris. Sebagian
umat Kristen melihat kembalinya orang Yahudi ke Palestina sebagai pertanda
kedatangan Kristus yang kedua kalinya dan mereka juga memberikan dukungan.
Gerakan Zionis berusaha mencapai dua
tujuan pada waktu yang sama. Yang
pertama adalah mendorong immigrasi orang Yahudi ke Palestina untuk membeli
tanah dan membangun tempat tinggal di Palestina. Yang
kedua adalah berupaya mencapai sebuah keputusan resmi untuk pemukiman massal di
Palestina. Tujuan ini akhirnya tercapai pada tanggal 2 November
1917, melalui
Deklarasi Balfour yang dikeluarkan oleh Sekretaris Urusan Luar Negeri Inggris.
Mandat Inggris (1918-1947)
Setelah Perang Dunia
Pertama dan kekalahan Turki, Palestina diserahkan kepada Mandat Inggris. Penentangan dunia Arab atas janji Balfour dan
atas immigrasi orang Yahudi ke Palestina dinyatakan baik dalam tindakan politik
maupun perlawanan bersenjata. Serangan-serangan, demonstrasi, dan
kekerasan terjadi, yang paling nyata adalah pemberontakan tahun 1920, 1921,
1029, 1933, 1936, dan 1937-39. Pada bulan Juli 1937 sebuah komisi kerajaan
Inggris dikirim untuk menyelidiki permasalahan dan mereka menemukan bahwa
penyebab utamanya adalah keinginan orang Arab Palestina akan kemerdekaan
nasionalnya dan kekhawatiran mereka akan berdirinya sebuah negara Yahudi di
Palestina.
Antara tahun 1930-an
dan 1940-an angkatan bersenjata Yahudi di Palestina, banyak dari antaranya
pernah dilatih oleh Inggris dan ikut dalam Perang Dunia II, menjadi kuat dan
efektif. Demikian pula halnya orang Arab Palestina menolak
bertambahnya immigrasi orang Yahudi dari Eropa ke Palestina.
Kerusuhan ini
menyebabkan Inggris membentuk lebih dari 18 komisi berbeda untuk menyelidiki
masalah Palestina dan mengajukan rekomendasi. Tak satupun dari rekomendasi ini dapat diterima oleh semua faksi.
Pada akhir tahun 1940-an
situasi di Palestina telah menjadi tidak terkontrol. Hal ini membuat Inggris
mengeluarkan maklumat pada 14 Februari 1947 bahwa pemerintahan Inggris telah
memutuskan untuk mengajukan permasalahan Palestina kepada Perserikatan
Bangsa-bangsa.
Kemudian Perserikatan
Bangsa-bangsa membentuk sebuah komisi khusus tentang Palestina (UNSCOP) yang
anggotanya terdiri dari wakil-wakil sebelas negara anggota dan komisi ini
menerbitkan sebuah laporan dan merekomendasikan agar dilakukan pembagian atas
wilayah Palestina. Orang
Yahudi menerima rencana pembagian tersebut tetapi orang Arab menolaknya.
Orang Yahudi mulai menduduki kota demi kota dan menduduki wilayah yang lebih luas daripada yang telah diusulkan
dalam rencana pembagian itu. Pada tanggal 14 Mei 1948 orang
Yahudi memproklamirkan berdirinya negara Israel.